Sejarah kota alabio

 


Sejarah Kota Alabio

Alabio adalah sebuah kota di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Kota ini terletak di tepi Sungai Negara, sungai terpanjang kedua di Kalimantan Selatan setelah Sungai Barito. Alabio memiliki sejarah yang panjang dan kaya, yang dapat ditelusuri hingga ribuan tahun yang lalu.

Asal-usul Nama Alabio

Ada beberapa versi mengenai asal-usul nama Alabio. Menurut versi yang paling umum, nama Alabio berasal dari kata "Arabia". Hal ini mengacu pada kedatangan pedagang Arab di Sungai Negara pada abad ke-15. Pedagang Arab ini membawa barang-barang dagangan dari Timur Tengah, seperti kain, rempah-rempah, dan keramik. Mereka berdagang dengan penduduk pribumi di Alabio, dan hal ini menyebabkan Alabio menjadi pusat perdagangan yang penting di Kalimantan Selatan.

Versi lain menyebutkan bahwa nama Alabio berasal dari ungkapan "I love you" dalam bahasa Arab. Hal ini mengacu pada kisah seorang pedagang Arab yang jatuh cinta pada seorang wanita pribumi di Alabio. Pedagang Arab ini kemudian menetap di Alabio dan menikahi wanita pribumi tersebut.

Sejarah Alabio pada Masa Kerajaan

Pada masa Kerajaan Negara Dipa, Alabio merupakan salah satu pusat pemerintahan kerajaan. Candi Agung, ibu kota Kerajaan Negara Dipa, terletak di Alabio. Candi Agung merupakan salah satu situs bersejarah terpenting di Kalimantan Selatan.

Pada masa Kerajaan Banjar, Alabio tetap menjadi salah satu pusat perdagangan yang penting. Alabio juga menjadi pusat penyebaran agama Islam di Kalimantan Selatan.

Sejarah Alabio pada Masa Kolonial

Pada masa kolonial Belanda, Alabio menjadi salah satu onderafdeeling di wilayah Afdeeling van Hulu Sungai. Onderafdeeling Alabio meliputi wilayah Kecamatan Sungai Pandan, Kecamatan Amuntai Selatan, dan Kecamatan Amuntai Tengah.

Pada masa ini, Alabio menjadi pusat perdagangan komoditas-komoditas seperti karet, kayu, dan itik. Itik Alabio terkenal dengan kualitasnya yang baik dan menjadi salah satu komoditas ekspor utama dari Kalimantan Selatan.

Sejarah Alabio pada Masa Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka, Alabio menjadi bagian dari Kabupaten Hulu Sungai Utara. Alabio terus berkembang menjadi kota yang penting di Kalimantan Selatan.

Saat ini, Alabio merupakan kota yang maju dan berkembang. Alabio memiliki berbagai fasilitas umum dan sarana prasarana yang memadai. Alabio juga menjadi pusat perdagangan, pendidikan, dan pariwisata di Kalimantan Selatan.

Karakteristik Kota Alabio

Kota Alabio memiliki beberapa karakteristik yang unik, antara lain:

  • Alabio dikenal sebagai kota perdagangan. Sejak dahulu, Alabio telah menjadi pusat perdagangan di Kalimantan Selatan. Hal ini disebabkan oleh lokasinya yang strategis di tepi Sungai Negara.
  • Alabio dikenal sebagai kota itik. Itik Alabio terkenal dengan kualitasnya yang baik dan menjadi salah satu komoditas ekspor utama dari Kalimantan Selatan.
  • Alabio dikenal sebagai kota religius. Alabio merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di Kalimantan Selatan.

Penutup

Kota Alabio memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Kota ini telah berkembang menjadi kota yang maju dan berkembang. Alabio memiliki berbagai potensi, seperti potensi perdagangan, pariwisata, dan pendidikan.

Daftar referensi

Berikut adalah daftar referensi yang diambil untuk penulisan sejarah kota Alabio:

  • Sukses Bisnis Ala Orang Alabio: Sebuah Model Penerapan Ekonomi oleh Iwan Kurniawan, dkk. (2021)
  • Sejarah Kalimantan Selatan oleh H.A.R. Basry (1977)
  • Sejarah Kerajaan Negara Dipa oleh Gusti Muhammad Arsyad (1976)
  • Sejarah Kerajaan Banjar oleh H.A.R. Basry (1982)
  • Sejarah Kalimantan Selatan Masa Kolonial oleh Gusti Muhammad Arsyad (1983)
  • Sejarah Kalimantan Selatan Masa Kemerdekaan oleh Gusti Muhammad Arsyad (1984)

Selain itu, penulis juga menggunakan sumber-sumber dari internet, seperti situs web Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara, situs web Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Hulu Sungai Utara, dan situs web Wikipedia.


Posting Komentar

© Idenesia. All rights reserved. Developed by Jago Desain